Loading ...
Sudah Mati Dua Kali
by Alwi Noffrizen
Di padang bunga yang terus mekar tanpa peduli waktu, seorang diri duduk dengan sunyi yang terlalu berat untuk ditanggung. Dari punggungnya, kerangka masa lalu memeluk erat—seperti kenangan yang menolak mati, meski ia sendiri sudah tumbang dua kali. Ia menggenggam wajahnya sendiri, merah dan rapuh, seakan mencoba mengingat siapa dirinya sebelum dunia mencungkil bentuknya. Mata-mata raksasa mengintip dari kejauhan, memandang tanpa belas kasih, sementara angin membawa bisikan bahwa beberapa luka hidup lebih lama daripada tubuh. Dan di antara warna-warna manis yang menipu, ia masih ada… meski sebagian dirinya telah pergi.
Published: Nov 25, 2025
Di padang bunga yang terus mekar tanpa peduli waktu, seorang diri duduk dengan sunyi yang terlalu berat untuk ditanggung. Dari punggungnya, kerangka masa lalu memeluk erat—seperti kenangan yang menolak mati, meski ia sendiri sudah tumbang dua kali. Ia menggenggam wajahnya sendiri, merah dan rapuh, seakan mencoba mengingat siapa dirinya sebelum dunia mencungkil bentuknya. Mata-mata raksasa mengintip dari kejauhan, memandang tanpa belas kasih, sementara angin membawa bisikan bahwa beberapa luka hidup lebih lama daripada tubuh. Dan di antara warna-warna manis yang menipu, ia masih ada… meski sebagian dirinya telah pergi.
Instagram: @alwinfrzn
Comments (0)
You must be logged in to comment.
More by Alwi Noffrizen
See All
Delete Post
Are you sure you want to delete this post?