Sumber foto : Diambil dari rilisan pers Pure Saturday
“Karena udah fully passion, jadi otomatis, meskipun saya main band banyak, tapi ya tetap balik lagi aja Pure Saturday tetap berjalan”, ujar Ade Muir (bass)
Mungkin, tak banyak band yang mampu bertahan lebih dari satu dekade, apalagi tiga dekade. Namun, Pure Saturday adalah salah satu pengecualian. Sejak terbentuk pada awal medio 90an di Kota Bandung, hingga kini mereka tetap konsisten dalam berkarya, berkembang, dan tetap relevan di kancah musik tanah air. Debut album Self-titled Pure Saturday, yang mulai beredar tahun 1996 melalui Majalah Hai, bahkan, bakal menginjak usia bulat 30 tahun pada tahun depan.
“Karena udah fully passion, jadi otomatis, meskipun saya main band banyak, tapi ya tetap balik lagi aja Pure Saturday tetap berjalan”, ujar Ade Muir (bass). “Mau kemana-mana ngurusin pekerjaan atau diluar band, pasti ujungnya ke musik lagi” tambah Arief (gitar). “Dijalanin aja sebenarnya mah, kita juga ga kerasa”, pugkas Satria NB (vokal). Ketiganya dalam satu wawancara kepada DCDC menanggapi perjalanan 30 tahun Pure Saturday.
Proses berkarya yang telah mereka lakoni sejak awal memiliki dampak besar bagi dinamika musik dalam Negeri. Pure Saturday adalah salah satu poros bagi lahirnya gelombang baru band-band di luar arus utama yang terus bermunculan dari generasi ke generasi. Mengikuti langkah Pure Saturday untuk memulai rekaman dan mengedarkan album secara mandiri, merupakan cara yang bisa ditempuh sebagai jalan untuk memperkenalkan hasil karya ke permukaan.
Karya-karya mereka yang tak lekang oleh waktu telah melampaui pendengar lama hingga sampai di telinga para pendengar baru. Musik yang tersaji dalam sederet nomor seperti “Coklat”, “Desire”, “Spoken” bahkan masih terdengar relevan hingga saat ini. Kreasi yang terbangun dari musikalitas jempolan, telah membawa Pure Saturday melintasi zaman. Karya terakhir single “Dry” kolaborasi bersama Rekti (The Sigit) pun masih melekat dengan nyawa dan gaya musik pop Pure Saturday yang ‘nggak cemen’.
Eksistensi Pure Saturday selama 30 tahun, bukan hanya tentang bertahan sebagai band, tetapi juga tentang bagaimana mereka menyuntikan gairah dan mewariskan semangat musik independen di Indonesia. Selain itu, mereka membuktikan bahwa konsistensi, kebebasan dalam berkarya, dan keberanian, adalah elemen penting untuk tetap relevan di industri yang terus berubah. Pure Saturday telah menjadi inspirasi bagi banyak band untuk berkarya dan bergerak secara mandiri tanpa harus tunduk pada arus industri musik mainstream.