HIGHLIGHT GALLERY
PLAYLIST BAND LIST & GENRES
POP UP GALLERY PHOTOGRAPHY VIDEOGRAPHY
SPOTLIGHT ROCKA ROOKIE
TERMS AND CONDITIONS PRIVACY POLICY HOW TO FAQ CONTACT US PASSPORT
PASSPORT LOGIN
HIGHLIGHT GALLERY
BAND LIST & GENRES PLAYLIST
POP UP GALLERY PHOTOGRAPHY VIDEOGRAPHY
SPOTLIGHT ROCKA ROOKIE
TERMS AND CONDITIONS PRIVACY POLICY HOW TO FAQ CONTACT US
Loading ...

POP UP GALLERY

AYEUNA DI DIEU

/ ART / POP UP GALLERY / AYEUNA DI DIEU
deborah ram mozes
AYEUNA DI DIEU
by deborah ram mozes
AYEUNA DI DIEU
Judul: “Ayeuna Didieu (Sekarang Di Sini)” (Painting on Canvas, Gold, Blue Pencil, and Mixed Media, 2024) “Ayeuna Didieu” — yang berarti sekarang di sini — adalah pernyataan visual tentang posisi perempuan perupa dalam dunia seni rupa kontemporer Indonesia yang sarat paradoks. Mengambil inspirasi dari pemikiran Jacob Soemardjo tentang estetika paradoks, karya ini menggugat kondisi di mana seniman perempuan harus terus menegosiasikan kebebasannya di tengah sistem seni yang masih maskulin dan berorientasi pasar. Kanvas yang rigid menjadi simbol domestikasi ruang kreatif—media yang dianggap “standar,” memudahkan galeri dan kolektor, namun justru mengekang bentuk-bentuk eksperimentasi yang lebih bebas. Di atas kanvas ini, figur perempuan digambarkan dalam posisi duduk terlipat—aneh, canggung, namun sensual—mewujudkan pandangan John Berger dalam Ways of Seeing: tubuh perempuan selalu menjadi medan tatapan, tempat di mana makna dibentuk oleh siapa yang melihatnya. Namun Deborah Ram Mozes tidak menjadikan tubuh ini sebagai objek tatapan, melainkan sebagai subjek yang sadar akan posisinya: ia menatap balik, dalam diam yang mengguncang. Latar ornamen biru dan emas yang berkelindan adalah simbol dari estetika yang sengaja dianggap “usang” dalam narasi seni modern Indonesia—sebuah perlawanan terhadap kecenderungan modernisme barat yang mengagungkan abstraksi, keseragaman, dan penolakan terhadap “dekoratif.” Bagi Deborah, ornamen adalah bahasa spiritual dan kultural; ia hidup, tumbuh, dan mengakar seperti daun dan akar yang memenuhi bidang kanvas. Dalam kacamata Baudrillard, karya ini dapat dibaca sebagai simulakra dari keindahan yang telah terpisah dari makna aslinya—di mana perempuan diharuskan “menjadi citra,” agar dapat diterima dalam sistem representasi visual modern. Namun seperti dalam teori Lacan, di balik citra itu ada the Real yang tak bisa sepenuhnya dilihat—suara bawah sadar perempuan yang terus mencari ruang artikulasi. Kristeva menambahkan lapisan baru: chora, ruang prabahasa di mana tubuh dan makna menyatu sebelum dikendalikan oleh simbol-simbol sosial. Melalui “Ayeuna Didieu,” Deborah Ram Mozes menghadirkan refleksi tajam tentang paradoks menjadi perupa perempuan “sekarang di sini”: hadir dalam sistem, namun tetap menggugatnya dari dalam; menggunakan medium yang rigid, namun mengisinya dengan suara yang cair; memilih posisi yang terlipat, namun tetap menyala dalam keheningan. Ini adalah pernyataan eksistensial—tentang keberanian untuk tetap ada, meski ruangnya dibatasi, karena justru dari keterbatasan itulah perempuan menciptakan bentuk kebebasan yang paling sejati.
Published: Oct 27, 2025
Share to:
Facebook Twitter Linkedin
deborah ram mozes
MADAM123SENIKRAT456
by deborah ram mozes
Judul: “Ayeuna Didieu (Sekarang Di Sini)” (Painting on Canvas, Gold, Blue Pencil, and Mixed Media, 2024) “Ayeuna Didieu” — yang berarti sekarang di sini — adalah pernyataan visual tentang posisi perempuan perupa dalam dunia seni rupa kontemporer Indonesia yang sarat paradoks. Mengambil inspirasi dari pemikiran Jacob Soemardjo tentang estetika paradoks, karya ini menggugat kondisi di mana seniman perempuan harus terus menegosiasikan kebebasannya di tengah sistem seni yang masih maskulin dan berorientasi pasar. Kanvas yang rigid menjadi simbol domestikasi ruang kreatif—media yang dianggap “standar,” memudahkan galeri dan kolektor, namun justru mengekang bentuk-bentuk eksperimentasi yang lebih bebas. Di atas kanvas ini, figur perempuan digambarkan dalam posisi duduk terlipat—aneh, canggung, namun sensual—mewujudkan pandangan John Berger dalam Ways of Seeing: tubuh perempuan selalu menjadi medan tatapan, tempat di mana makna dibentuk oleh siapa yang melihatnya. Namun Deborah Ram Mozes tidak menjadikan tubuh ini sebagai objek tatapan, melainkan sebagai subjek yang sadar akan posisinya: ia menatap balik, dalam diam yang mengguncang. Latar ornamen biru dan emas yang berkelindan adalah simbol dari estetika yang sengaja dianggap “usang” dalam narasi seni modern Indonesia—sebuah perlawanan terhadap kecenderungan modernisme barat yang mengagungkan abstraksi, keseragaman, dan penolakan terhadap “dekoratif.” Bagi Deborah, ornamen adalah bahasa spiritual dan kultural; ia hidup, tumbuh, dan mengakar seperti daun dan akar yang memenuhi bidang kanvas. Dalam kacamata Baudrillard, karya ini dapat dibaca sebagai simulakra dari keindahan yang telah terpisah dari makna aslinya—di mana perempuan diharuskan “menjadi citra,” agar dapat diterima dalam sistem representasi visual modern. Namun seperti dalam teori Lacan, di balik citra itu ada the Real yang tak bisa sepenuhnya dilihat—suara bawah sadar perempuan yang terus mencari ruang artikulasi. Kristeva menambahkan lapisan baru: chora, ruang prabahasa di mana tubuh dan makna menyatu sebelum dikendalikan oleh simbol-simbol sosial. Melalui “Ayeuna Didieu,” Deborah Ram Mozes menghadirkan refleksi tajam tentang paradoks menjadi perupa perempuan “sekarang di sini”: hadir dalam sistem, namun tetap menggugatnya dari dalam; menggunakan medium yang rigid, namun mengisinya dengan suara yang cair; memilih posisi yang terlipat, namun tetap menyala dalam keheningan. Ini adalah pernyataan eksistensial—tentang keberanian untuk tetap ada, meski ruangnya dibatasi, karena justru dari keterbatasan itulah perempuan menciptakan bentuk kebebasan yang paling sejati.
Instagram: https://www.instagram.com/madam_senikrat/

Comments (0)

You must be logged in to comment.
More by deborah ram mozes
See All
“Wening Lenyepan” (Keheningan yang Menyerap Segalanya) “Ieu Kumaha Carana? Reuk Asup!!” (Bagaimana Caranya Ini? Susah Masuk!!) Jangar “Teu Ningali Tapi Nyaho” (Melihat Tapi Buta)
Terms and Conditions Privacy Policy How To Contact Us
COPYRIGHT 2025 All rights reserved
COPYRIGHT 2025 All rights reserved

Delete Post

Are you sure you want to delete this post?

KICK MUSIC ART DCDC +
Band Photo
Song Title
0:00 0:00
play
pause
KICK MUSIC ART DCDC +