Loading ...
Eyes Beneath the Citrus Skin
by Ima Suswanto
Ada kesegaran yang menipu dalam hidup—seperti aroma jeruk yang menenangkan, tapi menyimpan getir di balik manisnya.
Karya ini menggambarkan sosok yang terbelah dua, bukan karena luka, melainkan karena pencarian akan dirinya sendiri. Ia adalah satu individu yang memikul dua lapis kesadaran: yang menatap dunia dengan ketenangan, dan yang diam-diam membusuk di balik senyum lembutnya.
Bunga bermata tumbuh dari kulitnya—sebuah simbol penglihatan yang halus, lembut, namun juga menyakitkan. Mata pada bunga menandai kepekaan yang tak bisa ditutup: keindahan yang melihat terlalu banyak, hingga menjadi beban. Sementara jamur bermata yang muncul dari mulut adalah wujud dari kata-kata yang tak pernah sempat terucap, tumbuh liar dalam diam, membentuk kehidupan baru dari sisa yang membusuk.
Citrus menjadi metafora kulit luar manusia—wangi, segar, memesona, tapi mudah terkelupas, memperlihatkan bagian dalam yang pahit dan rentan. Di antara lapisan itulah mata-mata lain tumbuh: penglihatan dari rasa sakit, dari kejujuran yang tak pernah diizinkan keluar.
“Eyes Beneath the Citrus Skin” adalah perenungan tentang kewarasan yang lembut tapi berlapis-lapis. Tentang tubuh yang menyembunyikan luka di balik wangi, tentang jiwa yang terus menatap meski dunia memintanya menutup mata.
Sebuah doa agar setiap lapisan getir dan harum itu diterima—karena di balik segala yang busuk, masih ada kehidupan yang berani tumbuh.
Published: Oct 09, 2025
Ada kesegaran yang menipu dalam hidup—seperti aroma jeruk yang menenangkan, tapi menyimpan getir di balik manisnya.
Karya ini menggambarkan sosok yang terbelah dua, bukan karena luka, melainkan karena pencarian akan dirinya sendiri. Ia adalah satu individu yang memikul dua lapis kesadaran: yang menatap dunia dengan ketenangan, dan yang diam-diam membusuk di balik senyum lembutnya.
Bunga bermata tumbuh dari kulitnya—sebuah simbol penglihatan yang halus, lembut, namun juga menyakitkan. Mata pada bunga menandai kepekaan yang tak bisa ditutup: keindahan yang melihat terlalu banyak, hingga menjadi beban. Sementara jamur bermata yang muncul dari mulut adalah wujud dari kata-kata yang tak pernah sempat terucap, tumbuh liar dalam diam, membentuk kehidupan baru dari sisa yang membusuk.
Citrus menjadi metafora kulit luar manusia—wangi, segar, memesona, tapi mudah terkelupas, memperlihatkan bagian dalam yang pahit dan rentan. Di antara lapisan itulah mata-mata lain tumbuh: penglihatan dari rasa sakit, dari kejujuran yang tak pernah diizinkan keluar.
“Eyes Beneath the Citrus Skin” adalah perenungan tentang kewarasan yang lembut tapi berlapis-lapis. Tentang tubuh yang menyembunyikan luka di balik wangi, tentang jiwa yang terus menatap meski dunia memintanya menutup mata.
Sebuah doa agar setiap lapisan getir dan harum itu diterima—karena di balik segala yang busuk, masih ada kehidupan yang berani tumbuh.
Instagram: ima_suswanto
Comments (12)
You must be logged in to comment.
Arief Firdaus
ima-jinasi tanpa batas 👍
Wibowo Yudo Baskoro
👍🏻👍🏻👍🏻
nunu nugraha
relaxed buuu ....
Ratna M.Dinangrit
Uwooowwwwwwwwww 😍😍😍😍
Witri mayangsari
Semangatssss!!!
Salma amalina
🔥🔥🔥
Cecile Priscilla
WOWWWWW
AHMAD ZIDNI AUFA KHOIRI
SANGAR #DCDCArtChallenge2025
Zasckya Azzam
🔥🔥🔥
Muhtar Fadillah
Gaskeun bu
iqbal
kereeeen wae bubuuuu
Kamar Damar
Wow
More by Ima Suswanto
See All
Delete Post
Are you sure you want to delete this post?