HIGHLIGHT GALLERY
PLAYLIST BAND LIST & GENRES
POP UP GALLERY PHOTOGRAPHY VIDEOGRAPHY
SPOTLIGHT ROCKA ROOKIE
TERMS AND CONDITIONS PRIVACY POLICY HOW TO FAQ CONTACT US PASSPORT
PASSPORT LOGIN
HIGHLIGHT GALLERY
BAND LIST & GENRES PLAYLIST
POP UP GALLERY PHOTOGRAPHY VIDEOGRAPHY
SPOTLIGHT ROCKA ROOKIE
TERMS AND CONDITIONS PRIVACY POLICY HOW TO FAQ CONTACT US
Loading ...

POP UP GALLERY

Eyes of Fragility

/ ART / POP UP GALLERY / Eyes of Fragility
Ima Suswanto
Eyes of Fragility
by Ima Suswanto
Eyes of Fragility
Karya ini adalah potret surreal yang memadukan wajah perempuan dengan bunga, mata, dan kupu-kupu—sebuah metafora tentang rapuhnya pandangan dan kesadaran manusia. Judul “Eyes of Fragility” menyingkap makna bahwa penglihatan bukan sekadar organ biologis, melainkan jendela jiwa yang rapuh, rentan pecah oleh ingatan, luka, dan pengalaman. Wajah perempuan dalam karya ini digambarkan tenang, hampir tanpa ekspresi, namun justru di situlah letak kekuatan visualnya: sebuah keteguhan yang bersembunyi di balik kerentanan. Dari kepalanya tumbuh bunga, seakan pikiran dan ingatan adalah ladang yang terus menumbuhkan kehidupan baru. Namun, di tengah keindahan itu, mata yang muncul dari kelopak bunga menghadirkan kesan ganjil—mata yang bukan hanya melihat dunia luar, tapi juga menjadi beban kesadaran. Ia adalah simbol dari pandangan yang terus diawasi, ditilik, bahkan oleh dirinya sendiri. Kupu-kupu yang melayang di samping wajah menambahkan lapisan makna tentang kefanaan. Ia mewakili jiwa, ingatan, atau momen singkat yang rapuh seperti sayap yang bisa hancur oleh sentuhan kasar. Kupu-kupu juga adalah simbol transformasi, menegaskan bahwa dari kerentanan dan kehancuran, lahir kemungkinan perubahan. Melelehnya bentuk wajah menandakan keterbatasan daging, tubuh, dan waktu. Identitas manusia, terutama perempuan, sering kali dipahat oleh pandangan luar—oleh “mata” yang menilai, menghakimi, dan mengikatnya dalam definisi. Di sisi lain, mata-mata yang tumbuh dari bunga justru menunjukkan bahwa rapuhnya pandangan ini bisa melahirkan sudut pandang baru, lebih halus, lebih sensitif, lebih dalam. Secara keseluruhan, “Eyes of Fragility” adalah refleksi tentang bagaimana manusia—khususnya perempuan sebagai representasi Homo sapiens—hidup dalam paradoks: rapuh sekaligus kuat, indah sekaligus terancam, dilihat sekaligus melihat. Ia berbicara tentang keberanian untuk tetap mekar meski tubuh, ingatan, dan jiwa terus diuji oleh waktu dan pandangan yang mengikat.
Published: Oct 07, 2025
Share to:
Facebook Twitter Linkedin
Ima Suswanto
IMA_SUSWANTO
by Ima Suswanto
Karya ini adalah potret surreal yang memadukan wajah perempuan dengan bunga, mata, dan kupu-kupu—sebuah metafora tentang rapuhnya pandangan dan kesadaran manusia. Judul “Eyes of Fragility” menyingkap makna bahwa penglihatan bukan sekadar organ biologis, melainkan jendela jiwa yang rapuh, rentan pecah oleh ingatan, luka, dan pengalaman. Wajah perempuan dalam karya ini digambarkan tenang, hampir tanpa ekspresi, namun justru di situlah letak kekuatan visualnya: sebuah keteguhan yang bersembunyi di balik kerentanan. Dari kepalanya tumbuh bunga, seakan pikiran dan ingatan adalah ladang yang terus menumbuhkan kehidupan baru. Namun, di tengah keindahan itu, mata yang muncul dari kelopak bunga menghadirkan kesan ganjil—mata yang bukan hanya melihat dunia luar, tapi juga menjadi beban kesadaran. Ia adalah simbol dari pandangan yang terus diawasi, ditilik, bahkan oleh dirinya sendiri. Kupu-kupu yang melayang di samping wajah menambahkan lapisan makna tentang kefanaan. Ia mewakili jiwa, ingatan, atau momen singkat yang rapuh seperti sayap yang bisa hancur oleh sentuhan kasar. Kupu-kupu juga adalah simbol transformasi, menegaskan bahwa dari kerentanan dan kehancuran, lahir kemungkinan perubahan. Melelehnya bentuk wajah menandakan keterbatasan daging, tubuh, dan waktu. Identitas manusia, terutama perempuan, sering kali dipahat oleh pandangan luar—oleh “mata” yang menilai, menghakimi, dan mengikatnya dalam definisi. Di sisi lain, mata-mata yang tumbuh dari bunga justru menunjukkan bahwa rapuhnya pandangan ini bisa melahirkan sudut pandang baru, lebih halus, lebih sensitif, lebih dalam. Secara keseluruhan, “Eyes of Fragility” adalah refleksi tentang bagaimana manusia—khususnya perempuan sebagai representasi Homo sapiens—hidup dalam paradoks: rapuh sekaligus kuat, indah sekaligus terancam, dilihat sekaligus melihat. Ia berbicara tentang keberanian untuk tetap mekar meski tubuh, ingatan, dan jiwa terus diuji oleh waktu dan pandangan yang mengikat.
Instagram: ima_suswanto

Comments (3)

You must be logged in to comment.
Cecile Priscilla
sukaaaa!!!
nunu nugraha
butterfly
Witri mayangsari
Kece banget!!!
More by Ima Suswanto
See All
Ashes of Her Freedom The Citrus of Dying Eyes Eyes Without Horizon Eyes Beneath the Citrus Skin
Terms and Conditions Privacy Policy How To Contact Us
COPYRIGHT 2025 All rights reserved
COPYRIGHT 2025 All rights reserved

Delete Post

Are you sure you want to delete this post?

KICK MUSIC ART DCDC +
Band Photo
Song Title
0:00 0:00
play
pause
KICK MUSIC ART DCDC +