Loading ...
Eyes Without Horizon
by Ima Suswanto
Karya ini memperlihatkan sebuah wajah manusia yang bagian atas kepalanya terbuka, dipenuhi mata-mata yang berdesakan seolah lahir dari pikiran. Dari kumpulan mata itu, kupu-kupu muncul, terbang ringan meninggalkan kerumunan pandangan yang stagnan. Judul “Eyes Without Horizon” menyingkap paradoks tentang penglihatan yang tidak pernah menemukan batas, pandangan yang tak berujung, namun justru kehilangan arah.
Mata-mata yang bertumpuk di dalam kepala melambangkan obsesi, rasa ingin tahu, dan kesadaran manusia yang selalu ingin melihat lebih jauh. Namun alih-alih memberi kebebasan, mereka saling mengisi ruang hingga penuh sesak—menciptakan penjara pandangan. Eyes Without Horizon bukan tentang keluasan, melainkan tentang keterjebakan dalam ketidakmampuan membedakan arah.
Wajah yang dingin, kaku, tanpa emosi yang jelas, mewakili Homo sapiens dalam bentuknya yang paling rapuh: makhluk yang mampu melihat, tetapi tidak selalu mengerti. Manusia bisa membuka ribuan mata metaforis—mata pengetahuan, mata pengalaman, mata kenangan—namun justru kehilangan horizon yang sejati.
Kupu-kupu yang hinggap di atas mata-mata menjadi kontras visual. Ia melambangkan harapan, keindahan, dan transendensi—keinginan untuk melampaui batas pandangan yang menyesakkan. Dalam simbolisme surrealism, kupu-kupu adalah jiwa yang mencari kebebasan, tetapi di sini, ia terjebak di atas timbunan mata yang tak berhenti menatap.
Melelehnya wajah menegaskan gagasan tentang disintegrasi diri, bahwa identitas manusia cair, luntur, dan tidak stabil. Tanpa horizon yang jelas, pandangan berubah menjadi labirin yang memenjarakan.
Secara keseluruhan, “Eyes Without Horizon” adalah refleksi gelap tentang kondisi manusia modern: melihat segalanya, menyerap terlalu banyak, namun kehilangan garis cakrawala sebagai arah hidup. Ia mengingatkan bahwa mata tidak selalu berarti penglihatan, dan melihat tidak selalu berarti memahami.
Published: Oct 07, 2025
Karya ini memperlihatkan sebuah wajah manusia yang bagian atas kepalanya terbuka, dipenuhi mata-mata yang berdesakan seolah lahir dari pikiran. Dari kumpulan mata itu, kupu-kupu muncul, terbang ringan meninggalkan kerumunan pandangan yang stagnan. Judul “Eyes Without Horizon” menyingkap paradoks tentang penglihatan yang tidak pernah menemukan batas, pandangan yang tak berujung, namun justru kehilangan arah.
Mata-mata yang bertumpuk di dalam kepala melambangkan obsesi, rasa ingin tahu, dan kesadaran manusia yang selalu ingin melihat lebih jauh. Namun alih-alih memberi kebebasan, mereka saling mengisi ruang hingga penuh sesak—menciptakan penjara pandangan. Eyes Without Horizon bukan tentang keluasan, melainkan tentang keterjebakan dalam ketidakmampuan membedakan arah.
Wajah yang dingin, kaku, tanpa emosi yang jelas, mewakili Homo sapiens dalam bentuknya yang paling rapuh: makhluk yang mampu melihat, tetapi tidak selalu mengerti. Manusia bisa membuka ribuan mata metaforis—mata pengetahuan, mata pengalaman, mata kenangan—namun justru kehilangan horizon yang sejati.
Kupu-kupu yang hinggap di atas mata-mata menjadi kontras visual. Ia melambangkan harapan, keindahan, dan transendensi—keinginan untuk melampaui batas pandangan yang menyesakkan. Dalam simbolisme surrealism, kupu-kupu adalah jiwa yang mencari kebebasan, tetapi di sini, ia terjebak di atas timbunan mata yang tak berhenti menatap.
Melelehnya wajah menegaskan gagasan tentang disintegrasi diri, bahwa identitas manusia cair, luntur, dan tidak stabil. Tanpa horizon yang jelas, pandangan berubah menjadi labirin yang memenjarakan.
Secara keseluruhan, “Eyes Without Horizon” adalah refleksi gelap tentang kondisi manusia modern: melihat segalanya, menyerap terlalu banyak, namun kehilangan garis cakrawala sebagai arah hidup. Ia mengingatkan bahwa mata tidak selalu berarti penglihatan, dan melihat tidak selalu berarti memahami.
Instagram: ima_suswanto
Comments (7)
You must be logged in to comment.
Cecile Priscilla
🌪️🌪️🌪️
gita pratiwi
favorit.....
nunu nugraha
An eye for eye
arief johari
impresif
Witri mayangsari
Keren!!!!
Erwin Moron
Nice
Annisa Dyah Puspitasari
👏🏻👏🏻👏🏻👏🏻
More by Ima Suswanto
See All
Delete Post
Are you sure you want to delete this post?