Loading ...
IEU AING
by deborah ram mozes
Judul: “Ieu Aing” (Ini Saya)
(Painting on Canvas, Blue Pencil and Gold Acrylic, 2024)
“Ieu Aing” — Ini Saya — adalah pernyataan eksistensial, sebuah autoportret yang tidak sekadar menampilkan rupa, tetapi memeriksa kesadaran diri dalam konteks sosial, kultural, dan simbolik. Lukisan ini menampilkan sosok perempuan dengan mata tertutup, dilingkupi gelombang rambut dan dedaunan biru yang mengalir di atas lapisan warna emas. Figur ini bukan sedang tidur; ia sedang menolak untuk melihat. Dalam dunia di mana pandangan telah menjadi bentuk kekuasaan, menutup mata adalah tindakan politis, suatu penolakan terhadap konstruksi yang memaksa perempuan untuk selalu dilihat, dinilai, dan dikontrol.
Dalam bingkai pemikiran Jacob Soemardjo, karya ini menghidupkan estetika paradoks — keindahan yang tumbuh dari ketegangan antara pasif dan aktif, antara hening dan perlawanan. Tubuh yang tampak diam justru menyimpan energi spiritual yang dalam; ia menjadi simbol perenungan, bukan keterasingan. Keindahan di sini bukan pada bentuk, melainkan pada kesadaran: diam adalah perlawanan, hening adalah teriakan.
Sejalan dengan John Berger dalam Ways of Seeing, karya ini mengungkapkan paradoks pandangan: perempuan tidak lagi menjadi objek tatapan, tetapi menolak untuk dilihat. Dengan menutup mata, ia menghapus logika visual maskulin yang menjadikan tubuhnya komoditas. Ia memilih kegelapan yang tenang sebagai ruang kebebasan, tempat dirinya bisa ada tanpa perintah untuk tampil.
Dalam konteks Jean Baudrillard, sosok ini hidup dalam lapisan hiperrealitas — dunia citra yang meniru kebenaran sampai kebenaran itu sendiri menghilang. Warna emas menjadi simbol simulakra kemegahan: keindahan yang dipuja, namun kosong. Ia adalah kilau yang menipu; di baliknya, hanya ada tubuh yang diam, mencari makna dalam kebisingan visual dunia modern.
Lacan membantu membaca sosok ini sebagai subjek yang terperangkap dalam the gaze — tatapan simbolik yang membentuk identitas. Namun, dalam menutup mata, perempuan ini menolak the gaze, menegaskan eksistensinya di luar sistem representasi yang dibangun oleh orang lain. Ia tidak ingin dilihat, karena ia sedang menjadi.
Dalam kerangka semiotika dan hiperrealitas Yasraf Amir Piliang, “Ieu Aing” adalah pesan subliminal tentang keberadaan di era citra. Warna biru melambangkan kedalaman batin, sementara emas adalah citra luar — antara realitas batin dan permukaan simbolik. Lukisan ini menyampaikan pesan bawah sadar: bahwa menjadi perempuan di dunia modern berarti hidup dalam paradoks — antara terlihat dan tak terlihat, antara hadir dan dihapus, antara diri yang sejati dan diri yang diproyeksikan oleh masyarakat.
“Ieu Aing” bukan sekadar pernyataan identitas, melainkan pengakuan akan paradoks eksistensi: menjadi diri sendiri berarti juga berhadapan dengan semua bayangan yang diciptakan oleh dunia tentang siapa diri itu seharusnya. Sosok perempuan dengan mata tertutup ini adalah cermin bagi kita semua — tentang keberanian untuk diam di tengah keramaian, untuk menutup mata agar bisa benar-benar melihat.
Published: Oct 27, 2025
Judul: “Ieu Aing” (Ini Saya)
(Painting on Canvas, Blue Pencil and Gold Acrylic, 2024)
“Ieu Aing” — Ini Saya — adalah pernyataan eksistensial, sebuah autoportret yang tidak sekadar menampilkan rupa, tetapi memeriksa kesadaran diri dalam konteks sosial, kultural, dan simbolik. Lukisan ini menampilkan sosok perempuan dengan mata tertutup, dilingkupi gelombang rambut dan dedaunan biru yang mengalir di atas lapisan warna emas. Figur ini bukan sedang tidur; ia sedang menolak untuk melihat. Dalam dunia di mana pandangan telah menjadi bentuk kekuasaan, menutup mata adalah tindakan politis, suatu penolakan terhadap konstruksi yang memaksa perempuan untuk selalu dilihat, dinilai, dan dikontrol.
Dalam bingkai pemikiran Jacob Soemardjo, karya ini menghidupkan estetika paradoks — keindahan yang tumbuh dari ketegangan antara pasif dan aktif, antara hening dan perlawanan. Tubuh yang tampak diam justru menyimpan energi spiritual yang dalam; ia menjadi simbol perenungan, bukan keterasingan. Keindahan di sini bukan pada bentuk, melainkan pada kesadaran: diam adalah perlawanan, hening adalah teriakan.
Sejalan dengan John Berger dalam Ways of Seeing, karya ini mengungkapkan paradoks pandangan: perempuan tidak lagi menjadi objek tatapan, tetapi menolak untuk dilihat. Dengan menutup mata, ia menghapus logika visual maskulin yang menjadikan tubuhnya komoditas. Ia memilih kegelapan yang tenang sebagai ruang kebebasan, tempat dirinya bisa ada tanpa perintah untuk tampil.
Dalam konteks Jean Baudrillard, sosok ini hidup dalam lapisan hiperrealitas — dunia citra yang meniru kebenaran sampai kebenaran itu sendiri menghilang. Warna emas menjadi simbol simulakra kemegahan: keindahan yang dipuja, namun kosong. Ia adalah kilau yang menipu; di baliknya, hanya ada tubuh yang diam, mencari makna dalam kebisingan visual dunia modern.
Lacan membantu membaca sosok ini sebagai subjek yang terperangkap dalam the gaze — tatapan simbolik yang membentuk identitas. Namun, dalam menutup mata, perempuan ini menolak the gaze, menegaskan eksistensinya di luar sistem representasi yang dibangun oleh orang lain. Ia tidak ingin dilihat, karena ia sedang menjadi.
Dalam kerangka semiotika dan hiperrealitas Yasraf Amir Piliang, “Ieu Aing” adalah pesan subliminal tentang keberadaan di era citra. Warna biru melambangkan kedalaman batin, sementara emas adalah citra luar — antara realitas batin dan permukaan simbolik. Lukisan ini menyampaikan pesan bawah sadar: bahwa menjadi perempuan di dunia modern berarti hidup dalam paradoks — antara terlihat dan tak terlihat, antara hadir dan dihapus, antara diri yang sejati dan diri yang diproyeksikan oleh masyarakat.
“Ieu Aing” bukan sekadar pernyataan identitas, melainkan pengakuan akan paradoks eksistensi: menjadi diri sendiri berarti juga berhadapan dengan semua bayangan yang diciptakan oleh dunia tentang siapa diri itu seharusnya. Sosok perempuan dengan mata tertutup ini adalah cermin bagi kita semua — tentang keberanian untuk diam di tengah keramaian, untuk menutup mata agar bisa benar-benar melihat.
Instagram: https://www.instagram.com/madam_senikrat/
Comments (0)
You must be logged in to comment.
More by deborah ram mozes
See All
Delete Post
Are you sure you want to delete this post?